Pak Andi begitu nama sapaan dari
Tri Kusnandi, Kepala Sekolah SMPN 8 Magelang mengatakan bahwa Ki Hajar
Dewantara mengibaratkan sekolah sebagai tanah tempat bercocok tanam dan guru
adalah petaninya.
Agar benih-benih yang ditanam dapat tumbuh
dengan baik, seorang petani harus bisa menyiapkan tanah yang baik dan menjaga
lingkungannya dari hal-hal yang dapat merusak tanaman.
Dalam hal ini, seorang guru harus
mengusahakan sekolah menjadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan
melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik sehingga tercipta iklim
pembelajaran yang positif di lingkungan sekolah.
"Dalam menciptakan lingkungan
belajar yang positif perlu dilakukan pembiasaan-pembiasaan yang dapat
menggiring siswa pada pemenuhan keyakinan akan nilai-nilai kebajikan. Dari
pembiasaan-pembiasaan tersebut maka akan tercipta budaya positif di sekolah.
Nilai-nilai kebajikan yang saat ini ingin dicapai dalam kurikulum adalah
karakter profil pelajar pancasila. Dengan membentuk budaya positif di sekolah
diharapkan dapat membentuk karakter profil pancasila dalam diri siswa,"
papar Pak Andi dalam memberikan materi di hadapan seluruh guru dan karyawan.
Menurutnya, Budaya positif
adalah pembiasaan yang bernilai positif. Di dalamnya mengandung sejumlah
kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter positif murid. Kebiasaan yang sudah membudaya akan berjalan dengan
sendirinya baik ketika dalam pengawasan ataupun tidak.
"Oleh karena itu perlu adanya
motivasi intrinsik dalam diri setiap warga sekolah. Saat ini motivasi intrinsik
tersebut belum sepenuhnya dimiliki oleh warga sekolah, mereka cenderung taat
saat ada dalam pengawasan namun ketika tidak ada pengawasan," tambahnya.
Pada kesempatan berikutnya, Erlina
Kartika Sari SKom sebagai pembicara berikutnya menambahkan, budaya positif
belum sepenuhnya dilakukan, agar dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam
diri warga sekolah dapat dilakukan dengan membentuk keyakinan kelas atau
sekolah.
Melalui keyakinan kelas atau
sekolah, warga sekolah dapat lebih memahami dan menghayati nilai-nilai
kebajikan yang mereka yakini
Selain itu, untuk menumbuhkan
motivasi intrinsik dapat juga dilakukan dengan melaksanakan segitiga restitusi.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi
bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali
pada kelompoknya, dengan karakter yang lebih kuat.
Restitusi membantu murid menjadi
lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat
salah.
"Penekanannya bukanlah pada bagaimana
berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan,
namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang
mereka percayai," tandas Erlina.
Hendri Indarto, SSn selaku wakil
kepala urusan kurikulum memberikan refleksinya bahwa kegiatan semacam ini jika
dilakukan secara berkala akan bermanfaat untuk menciptakan budaya positif di
sekolah.
Salah satunya kita telah belajar
tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya seorang guru memiliki banyak peran
apakah sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman atau manager.
Melalui pendekatan restitusi, ketika murid
berbuat salah, guru akan menanggapi dengan mengajak murid berefleksi tentang
apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga
mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai dirinya.
"Semoga dengan diseminasi
Budaya Positif di Sekolah khususnya di SMP Negeri 8 Magelang dapat menjadi
wahana berbagi dari calon Guru Penggerak kepada teman sejawat. Bisa menambah
wawasan bagi seluruh warga sekolah dan ilmu yang sudah ditularkan kepada bapak
ibu guru supaya dapat dilaksanakan dalam kelas. Bapak ibu guru semoga dapat
menjadi tuntunan bagi para murid karena perubahan dan menggerakkan tidak
harus langsung menjadi besar, perubahan dan menggerakkan perlu dilakukan oleh
diri sendiri terlebih dahulu," imbuhnya. (hen/adv).
Dikutip dari laman :
0 Komentar